Minggu, 04 Januari 2015

Dunia Batak: Budaya & Diskursus

Batak merupakan sebuah istilah yang masih rumit untuk dirumuskan. Penggunaannya sebagai nama atas salah satu kebudayaan yang terletak di sekitar Danau Toba kerap menimbulkan pertanyaan. Apa itu Batak? Pertanyaan ini menelisik ke dalam akal budi untuk selalu direnungkan. Berbagai aspek pendekatan telah dilakukan. Namun, pencapaian belum pernah menyeluruh. Perdebatan di antara pada sarjana pun masih berujung pada munculnya pertanyaan-pertanyaan baru. Dari mana istilah ini? Apakah sebuah pemberian? Atau, muncul dari kesadaran bersama dari orang yang memiliki kebudayaan itu?

Dunia Batak mencoba untuk hadir sebagai sebuah umpan. Mungkin laman ini hanya sebagai titian kecil yang akan menjadi sarana permenungan. Laman ini mencoba untuk mendorong semua pihak untuk kembali merefleksikan Batak itu baik sebagai kebudayaan maupun sebagai dis-kursus. Kenyataan tersebut di atas merupakan sebuah tantangan untuk bersama. 

Mengapa usaha ini penting? Transformasi kebudayaan adalah sesuatu yang sangat lumrah. Kehidupan itu selalu dinamis. Kebudayaan dibentuk oleh organ-organ yang hidup yang membuatnya selalu bergerak. Satu hal yang menjadi persoalan dalam transformasi itu adalah arah itu sendiri. Kemanakah setiap kebudayaan itu melangkah? Tidak dapat dipungkiri, kebudayaan mengandung banyak hal yang harus tetap diperhatikan. Satu unsur yang biasa digunakan adalah Bahasa. Bahasa yang dimiliki oleh sebuah kebudayaan sangat mungkin hilang. Mungkin masih dipakai, tetapi pasti ada yang hilang dari stuktur, moral, nilai, dan juga bentuknya. 

Memperhatikan setiap unsur-unsur dari kebudayaan menjadi semakin penting terutama di era saat ini. Perjumpaan antar kultur merupakan sebuah tantangan bagi setiap pelaku budaya: manusia. Manusia harus mampu menghadirkan dirinya sebagai mahluk yang dilahirkan oleh kebudayaan tertentu. Tanpa jati diri yang kuat, manusia akan gambang tergeser dan terbawa arus zaman. Ini jelas tidak bernada konservatif, kuno dan ketinggalan. Ini adalah sebuah realita. Globalisasi hadir dan membuat semunya menjadi sangat sempit. Dengan gampang kita berelasi dengan orang tanpa mengenal jarak. Namun, apakah manusia siap dengan itu? Apakah orang Batak sudah siap untuk menghadapinya?

Mengangkat kebudayan Batak menjadi diskursus menegaskan suatu cara pandang tersendiri atas budaya ini. Budaya Batak tidak boleh hanya dibicarakan oleh orang Batak saja. Kebudayaan itu sendiri selalu terbuka untuk masuk dalam ruang diskusi, seminar dan perdebatan ilmiah. Hal ini menjadi sangat penting untuk menggali dan terus menggali kebudayaan itu sendiri. Selai itu, diskursus juga mengajak kita untuk berbenah secara pribadi tentang identitas kita sebagai orang Batak.

https://batakculture.files.wordpress.com/2012/03/batak2.gif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar